twisted mind.



Abil, si alter ego.

Sunday, September 25, 2016

Lelap

Kaki memacu jalan sambil kemalasan
Susuk dingin menerpa isi kota
Kota metropolitan bingit namun sepi
Terlihat di sebalik angin dingin 
Yang mencengkam tulang-temulang hitam
Konkrit-konkrit besi mencakar langit
Memenjara hati-hati mereka yang muda
Kelihatannya lelap dalam mimpi

Kebingitan kota itu
Memampirkan rasa iri
Akan sepi yang dulu tidak dihargai
Akan sunyi yang kian menyinsing

Langit pula,
Langit bagaikan mempamer pentas
Sore memecah tirai dengan ungunya
Menanda malam kian lanjut mahu kemari
Menunjuk aksi
Dan khalifah Tuhan setia menjadi penonton ceritera langit.

Hai pucuk muda
Sampai bila juga kamu mahu ketiduran di siang hari?
Hari esok kamu masih di tangan pucuk jingga
Tidak sedarkah kau hari esok mu masih kelam?
Sekelam langit sore melabuhkan tirainya?

Jagat lewat
Mampu kau atasi lampau mu?
Menawan hari esok kamu?
Bisa kau bangun memecah tradisi?

Jangan jadinya umpama sapi
Sapi--
Di hidung punya cincin yang ditarik ke sana ke mari
Tidak betah untuk bermandiri--
Mengukir prasasti sendiri

p/s: cuma ayat-ayat rambang yang aku tulis waktu aku sepi.