bagai kaki bukan lagi berdiri
terasa aku di awangan
umpama lengan berkepakkan
sementelahan jari jemari
umpama tiada darah mengalir lagi
di hujung lorong hanyir itu
bagai langsung terlihat sekilas nur
kaki menapak waima membabi-buta
menuju cahaya yang bukan nyata
aku pedulikan saja
lantas kemudian
tersampai jasad pada hujungnya;
malangnya zahir pada sang deria
engkohnya cuma lembayung merah
lembayung merah--
persis darah
aku mengundur
ini bukan surga yang disangka
yang aku pinta ialah cahaya
bukan ulayat disimbah darah!